Senin, 02 Mei 2011

AISENODNI

Bukan DPR yang membicarakan rakyat
Malah rakyat yang pusing membicarakan DPR

Bukan presiden yang simpati dengan rakyat
Malah presiden yang minta simpati rakyat

Kekayaan alam dirusak
Malah koruptor yang dijaga

Yang salah jadi kebiasaan
Yang benar diasingkan

Coba lihat, semuanya serba terbalik
Negara ini di balik-balik
Oh…AISENODNI

Sabtu, 12 Maret 2011

Rabu, 9 maret 2011

Mundur satu jam dari jadwal, film “perempuan punya cerita” diputar tepat pada jam 6 sore. Film ini sebagai bahan untuk melihat keadaan yang memang tidak berbeda jauh dengan kenyataan yang ada. Dimana perempuan sering dianggap sebagai sosok yang lemah, yang tidak berhak bicara, dan menjadi sasaran ketidak adilan. Acara nonton bareng ini diselenggarakan oleh teman-teman pendiri LSPA (Lembaga Solidaritas Perempuan dan Anak) yang sekaligus mengajak kami untuk diskusi dan mengundang partrisipasinya untuk memperjuangkan hak asasi manusia khusunya pada perempuan dan anak.
Diskusi dimulai dengan memberikan kesempatan untuk teman-teman berbagi pengalamannya atau cerita yang ia ketahui tentang masalah perempuan dan anak yang terjadi disekitarnya. Tema diskusi ini mengacu kepada perempuan dayak. Yang sebagian besar masalahnya adalah diam. Diam karena tidak tahu bahwa dia mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, diam karena kepercayaannya memang seperti itu, dan diam karena takut.
“Itulah mengapa LSPA ini kami buat” kata salah satu pendiri LSPA, untuk mengakhiri setiap jawaban yang dipertanyakan teman-teman. LSPA ingin membantu permasalahan perempuan dan anak yang terjadi di Kalteng. Dengan mendampingi mereka mencari keadilan, mengajak perempuan untuk lebih berani bicara, membangun kesadaran masyarakat untuk menghargai perempuan.
Seperti yang kita ketahui beberapa permasalahan perempuan seperti KDRT, pelecehan seksual, perdagangan perempuan, diskriminasi gender dan yang lainnya sudah sering terjadi diantara kita. Untuk mengatasi masalah ini adalah tugas yang berat. Karena itu LSPA mengharapkan bantuan dari pemuda-pemuda dan segenap masyarakat untuk bersama membangun persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Kamis, 24 Februari 2011

Dua Periode

satu periode mewujudkan mimpi
satu periode lagi adalah mimpi buruk

satu periode memperjuangkan kebenaran
satu periode lagi takut disalahkan

satu periode semangat kebangsaan
satu periode lagi semangat kekeluargaan

periode pertama menjanjikan
periode kedua menjijikan

periode pertama menarik hati
periode kedua memakan hati

periode kedua hampir berakhir
secerdik-cerdiknya
selicin-licinnya
sebanyak-banyaknya
siapkan bekal masa tua
dari keringat orang lain
dari darah orang lain

Cantiknya Sang Petualang


Medina Kamil, Jejak Petualang - Trans7

Minggu, 20 Februari 2011

Forrest Gump


Kepala sekolahnya bilang “anak ibu tidak dapat diterima disekolah ini, karena IQnya hanya 75, dan seharusnya dia masuk sekolah khusus”. Namun, Ibu Gump tidak pernah menyerah agar anaknya dapat diterima disekolah yang normal dan anaknya diperlakukan seperti yang lainnya.
Orang selalu bertanya padanya “apakah kamu bodoh?”, dan dia selalu menjawabnya dengan kalimat” kata ibu, bodoh itu dari perbuatan”.
Forrest Gump, orang yang selalu dipandang tidak normal, mampu tumbuh menjadi manusia yang akhirnya berguna bagi kehidupan orang lain. Karena mampu berlari cepat, dia menjadi pemain football di SMA-nya hingga perguruan tinggi. Setelah lulus dia masuk Angkatan Darat dan ikut dalam perang Vietnam. Gump menyelamatkan seorang letnan dan beberapa prajurit lainnya dalam peperangan tersebut. Dia mendapatkan penghargaan dari militer.
Sepulang dari Vietnam, Gump dibebas tugaskan. Ia menjadi pemain pingpong terkenal dan menjadi selebritis. Setelah itu dia ingin menjadi pengusaha udang untuk menepati janjinya pada temain baiknya yang telah meninggal dalam peperangan. Usaha udang Gump sukses, dibantu oleh letnan yang pernah diselamatkannya, mereka menjadi orang kaya, bahkan mereka tidak perlu lagi memikirkan tentang uang.
Gump merenovasi Gereja, membangun sebuah rumah sakit dan menikahi seorang wanita yang dicintainya sejak ia kecil dan mempunyai seorang anak laki-laki.
Sebuah film yang menginspirasikan saya, dimana tingkat intelijensi seseorang tidak bisa menjadi ukuran bahwa seseoang dikatakan bodoh atau pintar. Karena bodoh terlihat dari perbuatannya. Gump dengan sikapnya yang tidak pernah takut untuk memulai sesuatu yang baru dan akan menjalaninya dengan sunguh-sungguh telah berhasil membuat hidupnya lebih berarti dan bermanfaat bagi orang lain.

Senin, 24 Januari 2011

Induk dan Ibu

Induk elang dengan sabar menyuapi anak-anaknya satu persatu
Dengan mulutnya yang Cuma Satu

Induk ayam akan marah jika anaknya diganggu
Siapapun yang menggangunya

Induk monyet tidak akan melepaskan anaknya
Sebelum anaknya kuat

Ibu memperhatikan aku dengan istimewa
Lebih istimewa dari cerita cinta

Terimakasih untuk
Ibunya elang
Ibunya ayam
Ibunya monyet
Ibuku

Karena kasih sayang di dunia ini
Berawal dari mereka

Rumah kayu di Pondok Indah


Pada 1995, kami pindah rumah dari gang Family, kecamatan Baamang menuju kecamatan Ketapang.
Gang Pondok Indah. salah satu gang yang ada dijalan H. Imran, dan menjadi gang untuk perumahan guru. Terdiri dari 11 rumah, beratapkan sirap, dinding kayu, dan gaya bangunan khas sebuah perumahan dinas menengah, berbeda sekali dengan Pondok Indah yang ada di Jakarta. Disinilah aku tinggal.
Seperti anak kecil kebanyakan, aku lebih banyak menghabiskan waktu diluar untuk bermain daripada diam dirumah. Pulang sekolah, rumah hanya dijadikan tempat untuk singgah makan dan ganti baju saja, lalu keluar bermain sampai sore. Terkadang ibu marah dan menyuruhku tidur siang, hal itu membuatku sakit hati, karena waktu bermainku akan berkurang.
Jendela kamar sering kulompati, saat pintu-pintu terkunci atau sebagai tempat melarikan diri saat ibu marah-marah. Atap rumah terkadang kunaiki jika sudah bosan bermain di tanah. Di bawah rumah adalah markas bagiku dan teman-teman. Dan pekarangan rumah sering kujadikan lokasi berkemah.
Masa-masa remaja tidak begitu ada perubahan. Rumah masih saja hanya sebagai tempat singgah untuk makan tidur saja bagiku. Ibu tidak tinggal diam, dia sering mengomel saat ku menampakkan mukaku saat matahari mulai terbenam.
Saat lulus SMA dan kuliah di Palangka Raya, ada sesuatu yang beda. Berbulan-bulan tinggal di kost, sering ku teringat akan rumahku. Rumah yang selama ini ikut membesarkanku, menyediakan tempat yang sejuk, pekarangan yang santai, dan tetangga yang sangat bersahabat.
Pulang kampung adalah saat-saat yang dinantikan. Karena terbayang sudah, aku akan rebahan dilantai kayu yang dingin sambil menonton tv, duduk diteras rumah dan mengobrol sampai larut malam, bermain kartu dirumah tetangga sampai subuh, dan suasana kekeluargaan yang sudah jarang didapati pada kota-kota.
Pada masa ini, aku kebanyakan dirumah. Menikmati rumah yang sudah berumur 15 tahun ini. Memperbaiki sirap yang sudah banyak terlepas dari tempatnya. Mengganti lantai kayu yang sudah rapuh dimakan usia. Mengecat dinding yang sudah kusam. Dan hanya bisa menatap plafon-plafon yang dilukis oleh rembesan air yang bocor dari atap rumah.
“Rumah ini sudah tua”, itulah yang ,menjadi alasan mengapa ibu ingin pindah dari rumah ini. Tak pernah terbayang aku akan meninggalkan rumah secepat ini. Tak seperti dalam pikiranku yang memprediksikan akan pindah setelah aku berkeluarga dan bisa membelikan rumah yang baru. Tapi inilah keputusan ibu, aku tidak menolaknya.
Berat rasanya harus meninggalkan rumah ini dan suasana sekitarnya. Aku masih ingin menikmati saat-saat duduk di teras sampai larut malam, membicarakan apapun yang mau dibicarakan, tak ada batasan.
Dari 12 keluarga penghuni pertama gang pondok indah, 6 keluarga sudah pindah dan digantikan penghuni yang baru. Rumahku kini ditempati orang baru dan akan dirawat oleh tangan yang baru. Dan mungkin akan menciptakan suasana yang baru.