Sabtu, 12 Maret 2011

Rabu, 9 maret 2011

Mundur satu jam dari jadwal, film “perempuan punya cerita” diputar tepat pada jam 6 sore. Film ini sebagai bahan untuk melihat keadaan yang memang tidak berbeda jauh dengan kenyataan yang ada. Dimana perempuan sering dianggap sebagai sosok yang lemah, yang tidak berhak bicara, dan menjadi sasaran ketidak adilan. Acara nonton bareng ini diselenggarakan oleh teman-teman pendiri LSPA (Lembaga Solidaritas Perempuan dan Anak) yang sekaligus mengajak kami untuk diskusi dan mengundang partrisipasinya untuk memperjuangkan hak asasi manusia khusunya pada perempuan dan anak.
Diskusi dimulai dengan memberikan kesempatan untuk teman-teman berbagi pengalamannya atau cerita yang ia ketahui tentang masalah perempuan dan anak yang terjadi disekitarnya. Tema diskusi ini mengacu kepada perempuan dayak. Yang sebagian besar masalahnya adalah diam. Diam karena tidak tahu bahwa dia mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, diam karena kepercayaannya memang seperti itu, dan diam karena takut.
“Itulah mengapa LSPA ini kami buat” kata salah satu pendiri LSPA, untuk mengakhiri setiap jawaban yang dipertanyakan teman-teman. LSPA ingin membantu permasalahan perempuan dan anak yang terjadi di Kalteng. Dengan mendampingi mereka mencari keadilan, mengajak perempuan untuk lebih berani bicara, membangun kesadaran masyarakat untuk menghargai perempuan.
Seperti yang kita ketahui beberapa permasalahan perempuan seperti KDRT, pelecehan seksual, perdagangan perempuan, diskriminasi gender dan yang lainnya sudah sering terjadi diantara kita. Untuk mengatasi masalah ini adalah tugas yang berat. Karena itu LSPA mengharapkan bantuan dari pemuda-pemuda dan segenap masyarakat untuk bersama membangun persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.